GO MY LOVE Part 2 (CERBUNG ROMANTIS)
Pagi ini aku bersekolah seperti biasa. Tak ada
lagi kucir-mengikat rambut- 8.
Tak ada lagi corak tentara. Tak ada lagi kaos kaki yang berbeda warna. Dan tak
ada lagi hal memalukan saat MOS. Kini rambutku panjang terurai dengan bando
pita yang menghiasi, wajah ku pun bersih hanya terbalut bedak tipis, dan
seragam putih abu-abu yang masih baru.
Seperti
biasa aku diantar oleh Pak Ojan menuju sekolah baru ku. Aku yakin kali ini aku
tak akan terlambat lagi. Aku berangkat pagi sekali. Jalanan pun masih sepi.
Karena hari ini aku menjadi petugas upacara yang bertugas menjadi pembaca
Undang Undang Dasar.
Kemarin kakak-kakak senior memilih beberapa
siswa kelas satu untuk menjadi petugas upacara. Katanya untuk percobaan. Dan
terpilih lah aku. Mungkin karena kemarin
aku dihukum untuk bernyanyi dan ternyata suara ku cocok untuk membaca UUD.
“makasih yah Pak Ojan, nanti ga usah jemput.
Aku mau beli buku dulu ke mall,” ucapku sesampainya di sekolah.
“sipp non, tapi nanti kalau minta jemput
kabarin aja non,”
“oke deh,”
Tak
lama kemudian upacara pun siap dimulai. Aku merasa sangat gugup. Aku takut jika
nantinya aku ditertawai karena jelek atau salah.
“gue takut nih,”
“ayo Sya lo jangan grogi, santai aja,” Via
menyemangati.
“iya lo bisa kok,” lanjut Della.
Tiba
saatnya kini upacara pun dimulai. Aku harus bisa ! Aku harus bisa ! Teriak ku
dalam hati. Dan saatnya Undang-Undang ini ku baca.
Dengan suara lantang ku baca, “Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembukaan. Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu, ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka……”
Upacara pun akhirnya selesai. Syukur, tugas
kami semua ditanggap baik oleh kepala sekolah. Katanya, kami sangat serius dan
tegas. “Alhamdulillah..”
Di
dalam kelas sang wali kelas pun mengatur tempat duduk kami dan tentunya tidak
lupa membuat struktur organisasi kelasnya. Banyak yang mencalonkanku sebagai
ketua kelas, termasuk Via dan Della. Aku hanya terdiam. Wali kelas yang bernama
Pak Ridwan pun menyetujuinya. Baiklah aku akan berusaha. Via terpilih menjadi
bendahara satu dan Della sebagai bendahara dua.
Tak lama setelah itu, ada pengumuman yang
terdengar melalui speaker kelas.
“pengumuman ditujukan kepada seluruh ketua
kelas untuk mengambil daftar tata tertib sekolah di ruang BK, terima kasih.”
Segera
ku tuju ruang BK itu sendirian. Karena aku terburu-buru aku menabrak seseorang.
Dan dia adalah Will, sang ketua OSIS SMA ini dan juga orang yang aku suka.
“eh, maaf kak, ga sengaja,”
“gapapa, kamu ketua kelas ?”
“iya”
“yaudah mau ke ruang BK bareng ?”
Aku
hanya mengangguk pelan. Rasa senang ini membuatku tak sanggup untuk berkata.
Bersamanya menuju ruang BK membuatku tersenyum di sepanjang perjalanan. Seorang
Will, artis terkenal mengajak ku ke ruang BK bersama ? Tak akan ku lupakan hal
ini.
Jam
istirahat akhirnya datang. Membuat banyak siswa berlari berhamburan menuju
kantin. Terkecuali aku. Via dan Della pergi ke kantin, katanya mereka lapar.
Jika aku memilih untuk pergi ke perpustakaan. Aku sangat takjub dengan ruang
perpustakaan ini. Ruangannya lumayan besar dengan jutaan buku di dalamnya.
Dari
sekian banyaknya buku yang terpajang aku mengambil satu buku. Buku berjenis
pengetahuan ini segera ku baca. Baru saja ku baca hingga halaman 99 bel masuk
berbunyi. Karena masih penasaran dengan bacaan-bacaan selanjutnya aku putuskan
untuk meminjamnya.
Saat
pulang sekolah menjadi saat saat paling membahagiakan di sekolah. Terbebas dari
aktivitas belajar mengajar, namun jika ada tugas maupun PR ya sama saja.
Untungnya hari pertama ini kami tak diberi tugas. Jadi, aku bisa bebas mencari
buku di mall. Meskipun begitu, malamnya aku akan belajar.
Aku
pergi ke mall sendirian. Mall itu sedikit jauh dari sekolah. Maka, aku akan
pergi kesana naik taksi. Aku memang sedikit mengantuk siang ini. Di dalam taksi
pun aku tertidur.
“mba..mba.. sudah sampai mba..” ucap sopir
taksi itu membangunkanku.
“ehmm.. udah nyampe ya pak ? ya sudah ini,” ku
bayar tarif taksinya lalu turun.
Dengan
rasa masih mengantuk aku pun membuka pintu dibagian kanan. Setelah taksi itu
pergi aku masih terdiam ditempat. Lalu, tiba-tiba seseorang mendorongku sembari
memelukku ke arah kiri. Ku pejamkan mataku karena takut.
“Willsya, lo hampir aja ketabrak,” ucapnya
dengan tatapan yang begitu dekat.
“kak Will…” ia melepaskan ku.
“makasih,” lanjutku.
“lo ngapain di sini ?” tanyanya dengan ramah.
“mau nyari buku, kalau kak Will ngapain ?”
“gue juga mau nyari buku, manggilnya Will aja
kali,”
“oo… ah, nanti kurang sopan ah. Manggilnya
tetep pake kak. Emang kakak ga ada syuting ?”
“ga ada,”
“kak, ada yang minta foto tuh,”
Ku
lihat ia berfoto dengan fansnya. Rasanya sedikit cemburu. Tapi jika
dilihat-lihat lucu juga. Selesai ia berfoto dengan fansnya lalu aku tertawa
dengan terbahak-bahak. Entah apa yang lucu, namun aku ingin menertawakannya.
“ngapain ketawa ?” tanyanya yang ikut tertawa.
“lucu kak.. minta foto ya ? terus foto bareng.
Keliatannya lucu banget,”
“yaudah yuk foto ?”
“lho ? aku kan ga minta, tadi Cuma....”
Ia
lalu mengambil handphonenya dan memotret dirinya bersama dengan ku. Rasanya
malu sekali. Namun aku juga ingin tertawa.
“ah, masa artis yang minta foto sama fansnya,”
aku kembali tertawa.
“kan biar kamu ketawa. Kalu kamu ketawa tuh
lucu, eh kenapa pipinya merah ?”
“ah, apaan sih lo kak. Malu nih gue….eh maaf
pake gue-elo,”
“gapapa kok, pake gue-elo juga gapapa, yaudah
yuk masuk,”
Akhirnya,
kami masuk dan segera ke tempat perbukuan. Sebenarnya aku takut jika nanti ada
wartawan yang memergoki kami berdua. Secara Will itu kan artis yang namanya
sedang melambung. Makanya aku terlihat resah.
“lo kenapa Sya ?”
“lo ga takut ada wartawan kak ?”
“hahaha… gampang lah nanti, kalau ada wartawan
gue tinggal bilang lo sepupu gue, biar masalahnya ga tambah runyam. Ga papa kan
?”
“ya deh gapapa kak,”
Setelah
kami menemukan buku yang kami cari, kami pun menuju meja kasir untuk membayarnya.
Ternyata Will yang membayarkan bukuku. Padahal aku sudah menolak, namun mau
bagaimana lagi. Sebagai gantinya aku mengajaknya makan dan kali ini aku yang
membayarnya.
“yaudah, berarti gue traktir lo makan kak, mau
ga ?”
“ga ah kalo lo yang bayar, kalo gue yang bayar
gue baru mau,” dengan tampang polosnya.
“ah… kakak !”
“becanda-becanda,”
“berarti mau ?”
“mau ga yah ??”
“ah…. Lo kak”
“ya ayo,” ia mencubit pipiku.
Kini aku dan Will menjadi akrab. Padahal kami baru
saja dekat. Setelah bercakap-cakap lumayan banyak. Ternyata dia orangnya asik
dan ramah. Aku semakin menyukainya. “Will, andai lo tau, gue suka sama lo.”
Kami
pun duduk bersebrangan dan makanan sudah dipesan tinggal menunggu datangnya.
Disela-sela kami menunggu, yang kami lakukan adalah sibuk dengan hal
masing-masing. Will sibuk dengan handphone bercasing abu-abunya dan aku sibuk
membaca buku yang baru dibeli.
Sebenarnya aku curiga, ia sedang apa dengan
handphonenya. Aku merasa cemburu, aku berfikir jika ia sedang mengirim pesan
dengan seseorang. Pasalnya ia terlihat senyum-senyum saat bertatapan dengan
handphonenya.
Makanan
pun datang, ia meletakkan handphonenya di atas meja. Dengan penasaran aku
melihat ke layar handphone itu tanpa sepengetahuan pemiliknya. Sialnya layar
itu dilapisi oleh sticker layar berwarna gelap. Alhasil, tak terlihat apapun.
Kami
pun memakan makanan yang telah kami pesan. Aku hampir tersedak melihat cara
makan Will. Sangat lucu, ia memesan burger tapi cara memakannya menggunakan
garpu dan pisau.
“hahahah. Kenapa ga langsung di makan aja sih
kaya gue nih,” ledek ku.
“kan biar bikin kamu ketawa lagi,”
Lagi-lagi
pipiku merona dibuatnya. Ia paling bisa membuatku malu seperti ini.
Kami
pun akhirnya menuju pintu keluar setelah aku membayar makanan yang telah kami
pesan. Sebelum sampai pintu keluar, Will memberikanku sebuah gelang.
“lo beli kapan kak ?”
“tadi, udah pake, nih sama kan ?”
Aku diam tertegun melihat ini. Ternyata ia
memberikan ku sebuah gelang yang kembar dengan gelang miliknya. Rasanya aku
semakin GR dengan ini. Apa mungkin Will memiliki perasaan padaku ?
“demi membahagiakan fans kan ?” ujarnya.
“idih,” sebenarnya aku merasa kecewa saat ia
bilang demi membahagiakan fansnya.
“foto dulu donk tangannya,” ujarnya.
“lo narsis juga ternyata kak,”
“lo pulang naik apa ?”
“taksi,”
“bareng gue aja,”
“ga usah deh, gue pulang sendiri. makasih ya
kak ?”
“yaudah.. sama-sama” ia mencubit pipiku lagi.
Ini
merupakan hari yang paling special yang pernah aku alami. Satu hari jalan-jalan
di mall bersama seseorang yang aku suka. Rasanya sungguh bahagia. Andai setiap
hari seperti ini, pasti sangat didambakan oleh para fansnya. Aku beruntung bisa
menjadi salah satu fans yang dapat dekat dengannya.
Gelang
pemberiannya ini akan ku pakai setiap hari dan buku yang telah dibelikannya
akan ku simpan dengan baik.
“Will, gue suka sama lo,” ucapku dalam hati
sembari melihat ia pergi dengan mobilnya.ΓΏ
Komentar
Posting Komentar