GO MY LOVE PART 3 (cerbung romantis )
hallo hallo....
aku kembali lagi dengan cerbung romantis ku GO MY LOVE PART 3
ayo dibaca :)
“hallo bi Ija………………….” sapaku kepada bi Ija.
“kenapa non kok keliatannya senang banget ?”
Ku
lirik bi Ija sebentar lalu naik tangga dan bilang, ”ada deh..” Bi Ija pun hanya
menggelengkan kepala.
Sudah
dapat tertebak. Di dalam kamar aku loncat-loncat tak karuan, di lantai di
kasur. Ku ambil boneka dholpin ku lalu ku ceritakan alasan aku bahagia seperti
ini. Aku tahu sebenarnya boneka itu tak dapat mendengar maupun bersuara. Tapi,
masa bodo lah. Lagi senang ini.
Ku
lirik jam yang tergantung di dinding kamarku. Setelah itu aku segera mengambil
air wudhu dan melaksanakan sholat dzuhur. Kali ini tak secara berjamaah karena
pastinya Bi Ija dan Pak Ojan serta pembantuku yang lain telah duluan
melaksanakan sholat dzuhur. Bagaimana tidak waktu sudah menunjukkan pukul
13.50.
Hari
terasa begitu cepat berlalu. Sang surya tak lagi menyinari bumi. Langit menjadi
gelap, hitam, dan dingin. Satu titik bersinar dengan terang dalam kegelapan
malam. Dewi malam senantiasa menggantikan surya untuk menerangi malam. Ditemani
ribuan bintang, malam pun terasa begitu indah.
Berkumpul
bersama keluarga kecilku menikmati hidangan malam yang begitu menggugah selera.
Dipenuhi suka cita dan canda tawa. Inilah kami, keluarga sederhana yang tak
pernah ada masalah, tak pernah ada kesedihan, dan tak pernah ada pertengkaran.
“gimana sayang sekolah mu tadi ?” Tanya mamah
kepadaku.
“baik kok mah, mah tadi aku ketemu Will loh di
mall terus dia bayarin buku aku sebagai gantinya aku nraktir dia makan mah,”
jawabku penuh semangat.
“Will ?”
“Andi William mah, artis,”
“ooh.. dia. Aduh anak papah ketemu artis nih.
Minta foto enggak ? tanda tangan ?” ledek papah.
“ih, apaan sih. Enggak ada enggak ada,”
Makan pun menjadi bersemangat. Kenapa
yah ? Apa karna makanannya enak atau…..
Belajar
ditemani Ipin-nama boneka dholpin- membuatku sangat serius dalam belajar. Tak ada yang menggaggu,
tak ada yang berisik. Hanya suara deru kendaraan di luar yang terdengar.
Setelah satu jam bermain dengan buku kini mataku pun mulai berat. Beberapa kali
mataku terpejam. Ku beresi buku-buku itu lalu berbaring di kasur. Melepaskan
lelah yang ada, agar esok bangun pagi dengan segar.
Sayangnya,
bunga tidurku malam ini sungguh wangi. Sampai-sampai aku tak ingin
melepaskannya dari peluk ku. Maka dari itu, ku pejamkan mataku hingga cahaya
sang fajar menusuk wajahku.
“aku telat !......................”
Segera
ku tuju kamar mandi. Karena terburu-buru kakiku pun menyandung kaki meja. Ini
membuat ku menjadi lamban. Ya, tiga puluh tiga menit lagi sekolah akan masuk.
Perjalanan dari rumah ku ke sekolah sekitar lima belas menit. Berarti waktu
mandi tersisa hanya lima belas menit lagi. Tidak sarapan juga tidak masalah
bagiku.
“pak Ojan !!!”
“ya non,”
Seperti
pertama masuk MOS, di mobil pun aku terus mengomel. Bagaimana tidak ? Waktu
tinggal enam menit lagi. Namun, aku pun tak kunjung sampai. Aku berharap sebuah
keberuntungan berpihak padaku kembali. Semoga saja satpamnya belum datang dan
gerbang belum di kunci.
Harapanku
hilang sudah saat melihat gerbang sekolah telah ditutup rapat dan seseorang
memakai pakaian biru putih telah berdiri tegap menghadap pagar gerbang. Dengan
rasa sedikit takut akhirnya aku mencoba untuk meminta masuk kepada satpam itu.
“pak, maaf saya telat, tadi saya ada urusan
dulu jadinya siang,”
“eh, tidak bisa !”
“tapi kan saya baru sepuluh menit telat pak,”
“tetap tidak bisa !”
“ada apa ini pak ?” tanya Will yang tiba-tiba
datang.
“ini, dia telat saya gak ijinin dia masuk,”
“bolehin lah pak, nanti biar saya bawa dia ke
ruang BP aja,”
“bener dek ?”
“iya pak,”
“makasih kak, omong-omong ngapain lo gak masuk
kelas ?”
“gue tadinya mau ke kantor guru, liat lo
akhirnya gue nyamperin gue dulu deh,”
Ku
pandangi wajahnya yang lebih tinggi dari wajahku. Sekali lagi terima kasih kau
telah menolongku hari ini. Aku sangat senang bisa mengenalmu. Aku bergaul
denganmu bukan karena harta ataupun ratingmu di sekolah ini. Tapi, karena kau
memang asik dan aku juga menyukaimu. Tulus dari hati, tak ada sedikit pun
keinginan untuk menjadi parasit.
Aku
terus mengikutinya, katanya ia mau ke kantor guru dan aku akan ke ruang BP,
berhubung tempatnya bersebelahan jadi jika jalan bersama tak apalah.
“lo ngapain ngikutin gue ?” tanya Will yang
merasa aku ikuti.
“ih, GR katanya mau ke ruang BP,”
“udah gak usah, sana lo ke kelas,”
“beneran nih ?” aku terheran.
“iya iya,” Will mengangguk-angguk.
Saat
istirahat aku putuskan untuk pergi ke kantin bersama Della dan Via. Hari ini
sepertinya Della ulang tahun, pasalnya ia mentraktir kita berdua.
“elo ulang tahun ya Dell ? bukanny ini baru
tanggal 25 Juli ?” tanya Via.
“enggak kok, ulang tahun ku kan bulan
September,”
“lah terus ngapain lo nraktir kita ?” tanya
Via.
“lagi baik-lagi baik,”
“makasih yah del,” ucapku diikuti dengan
anggukannya.
Aku
melihat Will dan teman-temannya telah selesai makan dan hendak pergi. Dia
tersenyum padaku tanpa ada sepatahpun kata yang keluar dari mulutnya. Aku, Via,
dan Della duduk di kursi bekas Will dan teman-temannya makan.
Di
atas meja itu ada sebuah handphone yang sepertinya pernah aku lihat. Handphone
itu sama persis dengan punya Will. Ya tuhan, untung aku yang menemukan. Coba
kalau yang lain, mungkin semuanya akan dibongkar. Nanti setelah makan aku akan
mengembalikan kepada sang empunya.
Sebenarnya,
aku masih pensaran apa yang ada diisi handphone itu. Karena handphone itu tidak
di password jadi kau bisa membukanya.
Aku terkejut ! Benar-benar terkejut !
Wallpaper handphone ini adalah foto seorang perempuan bersama Will juga. Dan
perempuan itu sangat mirip denganku. Apakah itu aku ? Atau itu kembaranku ?
Memang aku punya kembaran ? Tidak ! Foto ini tersusun dari beberapa foto. Ada
foto tangan kami yang menggunakan gelang yang sama, ada yang aku sedang membaca
novel, ada yang aku foto bersama Will, dan beberapa lainnya. Tapi, maksudnya
apa ?
“jadi kemarin waktu menunggu pesanan Will
senyum-senyum karena lagi fotoin aku ?” ujarku lirih.
“apa Sya ?” tanya Della.
“eh, enggak-enggak,”
Setelah
makan aku segera menemui Will. Tampaknya ia sedang kebingungan mencari
handphonenya. Ku sodorkan handphone itu padanya. Seketika wajahnya langsung
berseri-seri.
“kok bisa die lo ?”
“tadi gue nemu di tong sampah,” ucapku asal.
“sumpah lo ?”
“enggak, gue nemu di meja kantin tadi,”
“oh, makasih yah, untung lo nemuin nih hape,
soalnya isinya penting banget,”
“emang apaan ?”
“nih,”
Will
menunjukkan beberapa foto, dan foto itu adalah aku. Ada banyak sekali fotoku,
mungkin Will memotretku secara diam-diam. Di foto itu aku sedang berada di
lingkungan dalam sekolah. Memakai seragam dan sedang bercanda dengan
teman-teman ku.
“jadi maksudnya apa kak ? kenapa wallpaper lo
juga ada foto gue ?”
“haha.. lucu aja”
Aku
pergi meninggalkannya, entah apa yang aku rasa, senangkah, herankah, atau
mungkin shock. Aku kembali ke kelas dan di di dalam kelas pun aku diam membisu.
“elo kenapa Sya ?” tanya Via.
Hanya gelengan yang mampu menjawab.
“cerita donk sama kita,”
“masa di handphonenya Will ada banyak foto
gue,”
“hah ! serius lo ?”
Aku mengangguk.
“terus kenapa lo jadi kaya gini ? harusnya lo
seneng kali, it artinya Will ada rasa sama elo,”
“gue juga gak tau, perasaan gue gak menentu,”
“ciye ciye Wilsya…” ucap Via dan Della
serentak dan membuat seisi kelas menoleh ke arahnya.ÿ
Komentar
Posting Komentar