Meraih Cinta Dalam Kesedihan Part 4
Tugasku
untuk menjaga koprasi akhirnya telah usai. Sekarang waktunya aku
kembali menuju kelas untuk mengikuti pelajaran. Memang sangat
tanggung, hanya tinggal tiga puluh menit lagi pelajaran sekolah usai.
Tapi, bukankah ada sebuah peribahasa “Kejarlah ilmu hingga ke
negeri Cina” ?
Dengan
langkah penuh percaya diri, semangat yang membakar asa, dan kesedihan
yang baru kubuang. Aku masuk ke dalam kelas untuk menerima pelajaran.
Kedatanganku tidak di sambut oleh teman-teman. Tidak ada tepuk tangan
untuk ku karena melawan kesedihanku. Tak ada pula sorak sorai yang
menyemangatiku. Tapi, yang penting aku telah sedikit menjadi
pribadiku yang dulu. Tak mudah untuk melawan kesedihan dalam waktu
yang sesingkat itu. Kini, jika aku mengingat tentang Putri, sedikit
kesedihan dan banyak semangat.
“permisi
bu,” ucapku dan seluruh siswa yang ada di kelas menatap
kedatanganku.
“ya,
silahkan duduk,”
Lalu
aku duduk di bangku sendirian dan mengikuti pelajaran seperti biasa.
Ku fokuskan pikiranku pada pelajaran ini. Walau aku duduk sendiri
tapi aku tak pernah merasa kesepian karena di hatiku ada dirinya:
Putri.
Sudah
sewajarnya bel pulang sekolah berdeing dengan cepat. Ku bereskan
buku-buku ku dan siap untuk keluar kelas. Di luar aku melihat Sendy.
Ia baru saja menuruni tangga, tapi aku pura-pura tak melihatnya. Aku
takut nantinya dia menatapku dan menghampiriku. Bukannya aku
menghindar atau apa. Setahuku jika orang yang kita sukai mendekati
kita, yang akan terjadi adalah kita bisa salah tingkah atau mati gaya
dan dapat terjadi pula pipi berubah menjadi merah seperti kepiting
rebus.
“kak
Melly !” panggil Sendy.
Tepat
dengan dugaanku. Aku lalu mati gaya dengan berhenti berjalan dan
tatapanku menuju ke bawah.
“kak
?” sesuai dengan skenario Sendy lalu mendekatiku.
Salah
tingkah ku adalah bingung mau menjawab apa dan ku garuk kepalaku yang
sama sekali tidak terasa gatal. Mata berkeliaran kemana-kemana.
“ke
depannya bareng yuk kak ?”
Dan,
walaupun aku tak dapat melihat bagaimana warna pipiku ini tapi aku
dapat merasakan bahwa pipiku memerah. Jantung berdegug dengan
hebatnya dan tubuh ku serasa lunglai mendengar ajakannya itu.
Entah
ia menganggapku apa, seorang kakak kelas atau salah satu orang yang
special dalam hatinya ? Aku pun harus menerimanya dengan ikhlas
apapun yang akan terjadi nantinya. Yang jelas, sekarang AKU SUKA
PADANYA.
Tidak
seperti waktu berangkat tadi yang posisi kami jalan dengan berjejer.
Kini kami jalan dengan posisi dia depan aku belakang. Mungkin karena
kami sadar diri, jika kami jalan berjejer mungkin siswa-siswa maupun
guru akan mengira ada sesuatu di antara kita.
Setelah
sampai di depan gerbang. Dengan ikhlasnya Sendy mau menemaniku
menunggu jemputan datang. Dia duduk di sebelahku. Awalnya di antara
kami diam, tak ada kata yang terucap. Sendy membuka percakapan dengan
curhat padaku tentang perasaannya yang ternyata ia sedang jatuh cinta
pada seseorang. Aku pun merasa dag-dig-dug.
“kak,
aku boleh curhat enggak ?”
Aku
hanya mengangguk.
“kak,
sebenernya aku lagi suka sama cewe kak. Tapi aku enggak tau dia suka
sama aku atau enggak. Anaknya ya, dia cantik, manis, imut, terus dia
anaknya setia banget kak,”
“siapa
emang ?”
“orang
kak ”
“namanya
?”
“masih
rahasia lah,”
Setelah
ia curhat denganku seperti itu. Akupun mulai merasakan bahwa ia juga
suka padaku. Karena belakangan ini dia sering mendekatiku.
“kak
nanti mau enggak nemenin aku ke taman ?”
“mau
ngapain ?” tanyaku.
“aku
mau motret motret aja,”
“ya,”
“ya
udah nanti aku jemput,,”
Itulah
percakapan terakhirku dengan Sendy, karena aku telah dijemput. Ia pun
pulang juga.
Sesuai
dengan janjinya tadi. Ia menjemputku. Tapi, kini ia menggunakan
sepeda motor. Aku pun berpamitan dengan orang tuaku. Kemudian, aku
duduk di jok sepeda motor tersebut. Sendy memberiku helm berwarna
putih. Akhirnya kita melesat dan sampailah di taman yang di maksud
Sendy.
Ia
pun mulai memotret, sedangkan aku hanya duduk di bangku yang ada pada
taman itu sambil bermain game. Sendy pun mulai sibuk untuk memotret
ini itu. Ternyata ia sangat pandai memotret. Dan tanpa
sepengetahuanku ia membidik kameranya ke arah ku.
“kak
?” panggilnya sembari menunjukkan hasil potretnya.
“hah
?” ku pandang layar pada kameranya dan di sana terdapat gambar
diriku yang sedang bermain game pada handphone.
“Sendyyy
!!!!!!!..........” aku bangkit lalu mendekatinya.
Tapi
Sendy menghindar dan lari menjauh dariku. Ku kejar tapi tetap tidak
tertangkap. Akhirnya aku menyerah dan Sendy mendekatiku. Ia
menunjukan gambarku itu, lalu aku cuek saja sembari ngos-ngosan.
Langit tiba-tiba saja mendung. Dengan cepat Sendy mengajakku pulang.
Aku hanya nurut saja dan melupakan soal dia yang memotretku.
Sejujurnya
aku merasa senang saat Sendy menunjukkan sebuah gambar yang ada pada
kameranya yang ternyata itu adalah aku.
Gerimis
datang dengan halus. Rintikan air ini tak begitu membasahi kami
karena itu dalah sebuah rintikan air yang kecil, sedikit: gerimis.
Sampailah
aku di rumah. Sendy juga nampaknya tidak ingin mampir dahulu sejenak
untuk melihat-lihat rumahku. Dia pun melesat kembali. Lalu, aku masuk
ke dalam rumah. Segera ku menuju kamarku. Ku ambil bingkai foto
antara aku dan Putri.
“Put,
kamu tau enggak ? tadi aku habis dari taman sama Fajar.”
“aku
seneng banget loh, tadi dia juga sempat curhat dengaku. Katanya ia
sedang suka pada seseorang. Tapi dia gak mau nyebutin namanya siapa.
Put, kayaknya sekarang MELLY SUKA sama SENDY,”
“oh
iya, pas kemaren malam itu ada bintang jatuh aku langsung buat
permohonan. Tau enggak apa yang ku minta ? gini nih: ‘tuhan, semoga
hari esok menjadi salah satu hari spesialku. Biarkan aku merasakan
kebahagiaan di hari itu setelah kesedihanku karena sahabatku ya
tuhan. Amin,”
Dalam
hati aku juga berkata: “terima kasih tuhan telah mengabulkan doa
ku,”
Dan
mitos tentang bintang jatuh mulai ku percaya. Dan aku berharap semoga
aku melihat bintang jatuh kembali.
Komentar
Posting Komentar