TERJEBAK KE DALAM DUA HATI
“Cinta, sebuah rasa yang sukar
dipahami. Jangan pernah salahkan cinta. Tapi, bagaimana jika cinta terjebak ke
dalam dua hati ? Apakah kita harus menyalahkan cinta ? Tak enak rasanya, kita
harus memilih salah satu dan harus ada hati yang terluka. Pahami baik-baik agar
kamu mengerti bagaimana rasanya terjebak ke dalam dua hati.”
Aku
adalah seorang perempuan. Menurut kawan-kawan ku aku adalah seorang yang sulit
tersenyum. Sepertinya dalam sehari aku tak pernah tersenyum. Aku selalu
terlihat bersedih dan merenungi sesuatu. Ya. Memang benar aku sedang merenungi
sesuatu. Biar ku ceritakan sedikit asal-usulnya nanti. Kini aku sekolah di
salah satu SMA yang terletak dekat dengan rumah ku. Aku tinggal bersama dengan
ayah ku dan ibu tiriku.
Sedikit
cerita di masa laluku. Dulu aku seperti keluarga lain pada umumnya. Aku
memiliki seorang ayah dan seorang ibu yang menyayangiku. Kami selalu hidup
tanpa pertengkaran. Hingga suatu saat aku melihat ayah dan ibuku sedang
bertengkar hebat. Saat itu usiaku baru empat belas tahun. Aku melihat ayah
menampar ibu. Bunyi tamparan terdengar keras hingga aku dapat merasakan
pedihnya perasaan ibu. Aku menangis dan kemudian berlari ke kamar mungil ku.
Aku mengambil sebuah bingkai foto. Ku pandangi foto itu. Tak sadar air mataku
menetes membasahinya. Foto aku, ibu, dan ayah, kami semua tersenyum bahagia.
Akhirnya
orang tua ku bercerai dan aku ikut dengan ayahku. Satu tahun kemudian ayahku
menikah lagi. Jujur, aku tak terima bila ayahku menikah lagi. Sebenarnya aku
ingin ikut dengan ibu, tapi ayah ku melarang. Aku benar-benar terluka. Mungkin
itu adalah awal dari kesedihanku.
Oh
iya, kalian pasti belum tahu namaku. Namaku Thella Ayaka, kalian bisa
memanggilku Thella. Apakah kalian memiliki seorang sahabat ? Jika aku, aku
tidak memiliki sahabat. Aku benar-benar sendiri. Tak ada yang bisa ku ajak
bicara. Aku selalu memendam semuanya sendiri. Dadaku telah sesak dengan
cerita-cerita kesedihan yang selalu terpendam. Aku bingung harus
menceritakannya pada siapa. Aku benar-benar tak kuat memendamnya. Akhirnya, aku
tulis coretan kesedihan itu pada sebuah buku. Hanya buku itu yang selalu
mendengar dan menyimpan ceritaku.
Suatu
hari aku merasakan ada sesuatu yang aneh sesuatu yang tak pernah aku rasakan.
Aku tak tahu apa artinya ini. Rasa itu muncul ketika................
*flashback on*
Seperti biasa aku berjalan sendiri
melewati koridor untuk sampai ke kelasku. Aku melewati beberapa kelas yang
terdengar ramai dengan canda tawa murid di dalamnya. Namun, tiba-tiba saja ada
yang menabrakku dari belakang. Mungkin ia sedang bercanda dengan kawannnya. Aku
terjatuh dan jidatku terbentur ke lantai. Aku merintih lirih.
“ehh.. maaf elo enggak apa-apa ?”
ucapnya.
Dia
melihat ke kepala ku dan kemudian terkejut, “ya ampun jidat loe berdarah !”
Dia
menggendong ku di tangannya dan membawa ku ke UKS. Aku melihat ke wajahnya
sepertinya aku tak mengenalnya. Lalu, aku bersembunyi di dadanya. Rasanya
sungguh nyaman dan hangat. Tunggu ! Mengapa tiba-tiba jantungku berdetak begitu
kencang ? Seketika dadaku terasa sesak. Sesampainya di UKS dia membersihkan dan
mengobati lukaku. Wajahnya berada dekat dengan wajahku. Aku semakin gugup, tapi
aku ingin terus melihat wajahnya.
“nama elo siapa ?” tanyanya. Aku pun
terkejut.
“a..aku.. perempuan !” jawabku spontan.
Dia tertawa. “eh.. namaku Thella,” lanjutku.
“gue Farel. Maaf ya udah bikin elo jadi
kaya gini.”
“kok dada gue sakit ya ? Jantung gue
juga deg-degan,” celetukku. Dia tertawa lagi.
“udah ahh.. yuk ke kelas ! Bentar lagi
masuk,”
Aku
berjalan sendiri ke kelas. Di perjalanan aku selalu membayangkan wajahnya.
Mengapa demikian ? Jantung ku pun masih berdetak kencang.
*flashback off*
Apa
mungkin itu cinta ? Sesungguhnya aku tak paham cinta. Aku tak pernah merasakan
cinta lagi sejak kedua orang tuaku berpisah. Tapi, mengapa rasanya itu berbeda
?
*
*
Keesokkan
paginya, aku bertemu dengan Farel. Rasanya sama seperti pertama kali bertemu.
Mulai hari itu Farel menjadi teman curhat ku. Kami selalu betemu saat
istirahat, lega rasanya bisa menceritakan semua isi hati ku pada seseorang.
Tiba-tiba aku bercerita hal konyol. Sungguh memalukan, tapi tanpa sadar hal itu
keluar sendiri dari relung hatiku. Aku bercerita tentang perasaan ku padanya.
“Rel, kamu inget enggak pas pertama
kali kita ketemu ?”
“inget lah ! Elo kan jatuh. Hahaha....”
“kamu inget kamu gendong aku sampai ke
UKS ?”
“inget lah elo berat banget !”
“rasanya itu yah nyaman banget ! Pas
itu tiba-tiba aku deg-degan banget. Aku enggak tahu apa artinya,”
Kemudian
Farel berdiri dan menjauhiku beberapa langkah. Aku merasa aku sangat bodoh
telah bercerita seperti itu. Aku merasa bahwa mungkin aku akan kehilangan
Farel. Aku takut sendiri lagi memendam serpihan serpihan kesedihan itu.
“Thella.... Aku juga rasain hal yang
sama,” ucap Farel, lalu ia pergi.
Setelah
itu beberapa hari aku tak pernah bertemu dengannya. Apa mungkin ia menjauhi ku
? Tapi mengapa ? Bukankah kami memiliki rasa yang sama ? Kini hari-hariku sama
seperti hari sebelum bertemu dengannya.
Aku
duduk di bawah pohon yang biasanya
menjadi tempat kami berdua untuk bercerita. Apakah kamu tahu ? Setelah
bertemu dengannya aku bisa tersenyum kembali. Aku merasa tak ada lagi waktu
untuk bersedih. Aku merindukannya, Farel. Angin dengan lembut menerpa air
mataku hingga terjatuh.
Dari
samping kananku ada tangan yang menyodorkan sapu tangannya. Aku sangat senang,
aku fikir dia itu Farel.
“Farel !” setelah ku menoleh ke
belakang ternyata bukan dia.
“Farel ? Siapa dia ?” tanyanya.
“temenku,” lagi-lagi aku tak mengenal
siapa pria ini.
“eh, gue Rasya elo pasti Thella kan ?”
“iya, kok tahu ?”
“tahu lah...”
Entah
mengapa aku merasa diri Farel ada pada Rasya. Ia benar-benar mirip dengan
Farel. Apa mungkin dia adalah pengganti Farel ? Untuk saat ini dia lah yang
menjadi tempat curhatku.
Waktu
berlalu begitu cepat. Untuk kedua kalinya aku merasakannya lagi. Namun, ini
untuk orang yang berbeda ! Rasya ! Untuk kali ini aku tak akan member tahunya.
Aku takut jika nantinya ia pergi seperti Farel.
Pada
saat pulang sekolah Rasya meminta ku untuk menemuinya di bawah pohon. Aku
mengiyakan saja perintahnya. Mungkin ia ingin bercerita-cerita dengan ku. Ku
tunggu ia di bawah pohon. Rasanya tak sabar ingin bertemu dengannya.
“Thella....” Rasya datang membawa
bunga.
“aku suka sama kamu La,” dia
menyodorkan bunga ke arahku.
“aku ngerasa nyaman ada dideket kamu,”
lanjutnya.
“kamu mau jadi pacar aku ?” tanyanya.
Aku
diam sejenak, entah apa yang aku pikirkan. Semua bercampur menjadi satu. Namun,
tiba-tiba aku teringat akan Farel, cinta pertamaku.
“hey !” Rasya membuyarkan lamunanku.
“Di terima enggak ?”
“iya,” jawabku tegas.
Ini
benar-benar membingungkan. Seolah aku masih memiliki perasaan pada Farel.
Selama ini aku pikir aku telah lupa padanya. Ternyata........
*
*
Satu
minggu sudah kami jadian. Semuanya indah hingga saat ini. Aku sangat menikmati
hari-hari bersama Rasya. Dia sangat baik padaku. Namun, semakin aku dekat
dengan Rasya aku semakin ingat pada Farel. Baru ku sadari ternyata rasa sayang
ku tak hanya pada Rasya saja, tapi aku rasa aku juga masih menyayangi Farel. Dimana
dia sekarang ?
Seperti
biasa aku selalu menunggu Rasya di bawah pohon. Aku selalu setia menunggu
kedatangannya. Hanya Rasya selama ini yang mampu membuat ku tersenyum dan juga
Farel. Ini tak seperti biasanya. Aku telah menunggunya cukup lama, namun
mengapa Rasya belum kunjung datang ? Apakah dia lupa ? Tiba-tiba aku merasa
sedih.
“Thella !” panggil seseorang.
Aku
menoleh dan memandang sosok itu. Aku terpaku. Rasanya air mata ku akan menetes.
“Hey ! Itu kamu kan ? Ini aku Farel !”
dia mendatangi ku dan memelukku.
Aku
menagis di pundaknya, “Kenapa ? Kenapa kamu baru datang ? Kemana aja selama ini
kamu ? Aku kangen sama kamu,” tanyaku seolah dialah orang yang ku tunggu sejak
tadi.
“maafin aku La.... Aku enggak akan
ninggalin kamu lagi,” ucapnya sembari menghapus air mataku.
Kami
berdua di selimuti kerinduan yang amat mendalam. Sebenarnya aku ingin marah
pada Farel, tapi rasa itu tertutupi oleh rasa bahagia yang teramat sangat. Di
balik itu, ternyata sejak tadi ada yang memerhatikan kami. Ia menjatuhkan bunga
di tangannya dan pergi begitu saja dengan langkah kesal.
Sore
ini aku habiskan berdua dengan Farel. Kami pergi ke suatu tempat di mana kami
berdua dapat melepaskan kerinduan masinng-masinng. Kami pergi ke taman.
Menjelang malam sudah banyak bintang bertaburan di langit. Sangat indah. Aku
menuliskan perasaanku pada rasi bintang di langit. Melihat tingkah ku yang aneh
Farel mengerutkan dahi.
“aku lagi nulis perasaan aku tau....”
“emang tulisannya apa ?” Farel bertanya.
“AKU SENANG FAREL DATANG, SELAMA INI
AKU SELALU MENUNGGUNYA. AKU SUNGGUH MERINDUKANNYA,” jawabku spontan. “eh..
enggak-enggak bukan itu...” aku mengelak.
“iya juga enggak apa-apa kok. Aku juga
kangen kamu. Maaf ya selama ini aku ninggalin kamu,” Farel menatap wajahku.
Kalian tahu ? Itu membuat ku menjadi salah tingkah.
“dulunya aku enggak ada niat buat
deketin kamu. Tapi, karena kejadian itu aku jadi deket sama kamu dan aku jadi
temen curhat kamu. Aku takut kalau perasaan itu tiba-tiba muncul. Aku berusaha
supaya perasaan aku ke kamu itu enggak berubah, tapi aku enggak bisa. Perasaan
itu muncul dengan sendirinya. dan sejak saat itu aku yakinin hati aku kalau
kamu itu adaalah belahan jiwaku. Aku pengen kita sama-sama sampai hembusan
nafas yang terakhir,” jelas Farel.
Tak
terasa air mataku mulai berlinang. “lalu kenapa kamu pergi ?” tanyaku.
“sebenarnya saat itu aku sudah
dijodohin sama anak temannya papahku. Aku coba nolak tapi papahku tetap
bersikeras tetap melakukan perjodohan itu. Dan aku di suruh pindah sama papahku
supaya aku jauh dari kamu. Rasanya itu sakit banget. Tapi, akhirnya perjodohan
itu batal. Gadis yang akan dijodohin sama aku pergi entah kemana. Ternyata, dia
juga sama sama aku. Sama-sama enggak mau
dijodohin. Aku coba kenalin kamu ke papahku dan akhirnya papahku terima kalau
aku deket sama kamu.”
“tapi Rel....”
“kenapa ? kamu udah punya cowok ya ?
aku tahu kok,”
“tahu dari mana ?”
“aku sering ngeliatin kamu lagi sama
cowok di bawah pohon. Sebenernya setiap sore aku selalu datang buat nemuin
kamu. Tapi, setiap aku datang aaku ngeliat kamu lagi sama cowok,” jelasnya.
Hari
sudah cukup malam. Farel mengantarkan ku pulang. Aku tak tahu apa yang aku
rasakan. Ini semua membingungkan. Bagaimana mungkin aku menyayangi dua lelaki
yang berbeda ? Apa yang harus aku lakukan ?
*
*
Keesokkan
paginya, Rasya tak mau bicara padaku. Ia selalu menghindar dariku. Sepertinya
aku mengerti mengapa ia menjauhiku. Mungkin ia melihat ku bersama Farel sore
itu. Aku pergi mencari Rasya untuk menjelaskan semuanya. Ketika ku lihat Rasya
sendirian ku hampiri dia. Awalnya ia ingin beranjak, namun ku pegang tangannya.
Akhirnya, ia mau mendengar penjelasanku.
“kamu cemburu ya...” godaku.
“enggak,” jawabnya jutek.
“kok marah ?”
“enggak marah.”
“kok ngejauh gitu ?”
Rasya
diam cukup lama. “terus kamu ngapain sama Farel ?” pertanyaan Rasya
mengejutkanku.
“kok kamu tau namanya Farel ?”
“dia kakakku.”
‘Deg’
Ini semakin mempersulit keadaan.
Mengapa aku tak pernah tahu jika Farel adalah kakaknya ? Mengapa aku baru
mengetahuinya sekarang ?
“Rasya, dia bener kakakmu ?”
“ini salah aku kok, salah hatiku.”
“maksudnya ?” aku semakin bingung.
“Farel cuman nyuruh aku buat jagain
kamu, selama dia pergi dia mau aku jagain kamu. Aku tahu kok kalau kalian
sama-sama cinta. Tapi, hatiku enggak bisa dibohongi. Semakin lama aku semakin
cinta sama kamu. Aku juga sebenarnya enggak mau semua ini terjadi. Ini semua
salahku maaf,” Rasya pergi berlalu.
Semalaman
aku terus menagis, menyesali yang terjadi. Jika kalian ada diposisiku apa yang
akan kalian lakukan ? Memilih salah satu dari mereka ? Ya, itu sempat terbesit
dalam pikiran ku. Namun aku tahu akan ada hati yang terluka. Aku tak sanggup.
Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Ternyata ada sebuah pesan dari Rasya.
“Thella, ini aku Rassya. Maaf ya gara-gara
aku kamu jadi sedih dan bingung. Mulai malam ini kita putus ya ? Aku mau pindah
ke luar negri. Semoga aku bisa lupain kamu. Kalau kamu mau lanjut sama kakakku
juga enggak apa-apa kok aku ikhlas. Lagipula kan Farel itu cinta pertama kamu. Aku
udah jelasin ke Farel semuanya dan dia enggak marah kok. Aku tahu kalau kamu
masih cinta kan sama dia ? Rasa cinta mu ke dia lebih besar dari pada rasa
cintamu ke aku. Oh iya, sama makasih juga kamu udah pernah ada di hidupku dan
memberikan kebahagiaan di hari-hariku. Selamat tinggal Thella....”
Entah
aku harus senang atau sedih mendapatkan pesan ini. Bisa dibilang aku sedih
karena salah seorang yang aku cintai pergi. Di sisi lain aku juga senang karena
masalah ini telah selesai. Saat ini aku ingin lebih meyakinkan Farel lah yang
selama ini ada di hatiku seperti Farel meyakinkan aku di hatinya.
Pada
dasarnya cinta tak pernah salah. Walau ada dua hati yang dicintai. Aku yakin
akan ada salah satu hati yang tersakiti. Namun, percayalah jika dia bukan
belahan jiwamu dia akan pergi dengan sendirinya. Jika dia adalah belahan jiwamu
maka ia akan hadir kembali dan cinta akan meyakinkan hatimu.
Awalnya
aku takut, tapi ada hati yang menuntunku untuk memilih. Memilih yang terbaik.
Dan aku memilih dia, hanya dia. Sebagai pendamping hidupku, selamanya.
Komentar
Posting Komentar